Selamatkan Nyawa Seseorang Melalui CPR, Pilihan Berani Yang Menentukan.

Words by: Putri Ardila Mounda, FL 003 Jakarta

Pernahkah terpikir apa yang akan kamu lakukan jika tiba-tiba ada orang yang jatuh dan tidak sadarkan diri di depan kamu? Diam sajakah atau melakukan sesuatu?

Ya setidaknya pertanyaan itulah yang terlintas dipikiran saya selama ini sampai akhirnya tanggal 18 April 2017 saya mengikuti workshop XLFL Safe Community – Basic Life Support Series: CPR.

Pada dasarnya bagi mereka yang tidak memiliki background kesehatan cenderung akan panik, mencoba mencari bantuan tanpa melakukan pertolongan pertama terlebih dahulu. Akan tetapi, taukah kita bahwa pertolongan pertama yang kita berikan akan sangat membantu orang tersebut bahkan dapat menyelamatkan nyawanya. Menurut penelitian, tanpa oksigen otak akan mengalami kerusakan permanen hanya dalam waktu empat menit, selanjutnya kematian bisa terjadi sekitar 4 sampai 6 menit setelahnya. Dengan memberikan petolongan pertama maka kemungkinan kematian dapat  berkurang.

Salah satu pertolongan pertama yang dapat diberikan kepada orang yang diindikasi mengalami detak jantung berhenti yaitu Cardiopulmonary Resuscitation (CPR). Ternyata tidak hanya dokter atau tenaga terlatih yang bisa memakai teknik CPR ini tetapi kita sebagai orang awam juga bisa memberikan pertolongan pertama ini. Tentunya ada beberapa hal yang setidaknya kita perlu ketahui mengenai teknik CPR ini.

Nah, workshop XLFL Safe Community BLS Series: CPR menjelaskan mengenai teori langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk melakukan CPR. Langkah pertama yaitu pastikan keadaan kita dan korban aman. Pastikan korban berada ditempat yang datar, keras, dan tidak basah. Selain itu, kita sebagai penolong juga harus memastikan keamanan kita. Jika memungkinkan, gunakanlah sarung tangan karena kita belum mengetahui pasti penyebab korban tidak sadarkan diri, bisa jadi ada potensi penyakit menular. Setelah itu, usahakan meminta bantuan bisa dengan memanggil orang-orang di dekat kita ataupun menghubungi nomor telepon darurat, seperti 118 untuk memanggil tenaga medis dan ambulans. Kemudian kita harus memastikan bahwa korban benar-benar tidak sadarkan diri dengan cara menepuk-nepuk bagian tubuhnya sambil memanggil atau bertanya sesuatu untuk memastikan korban benar-benar tidak sadarkan diri. Setelah itu, kita memeriksa denyut nadi dan napasnya. Jika denyut nadi (utamakan yang berada di leher) tidak berdenyut, maka dipastikan napasnya juga tidak ada.  Sedangkan jika napasnya masih ada, maka dipastikan denyut nadinya masih berdenyut walaupun denyutnya lemah.

Setelah tahapan persiapan yang sudah dijelaskan sebelumnya, kemudian kita melakukan tekan atau kompresi dada. Caranya dengan membaringkan tubuhnya dan kita berlutut di samping leher dan bahu korban. Letakkan satu telapak tangan di atas dada bagian tengah, tepatnya di antara puting dan letakkan telapak tangan kedua di atas tangan pertama. Kita harus memastikan posisi siku kita lurus dan bahu tepat berada di atas tangan kita. Kita bisa memulai menekan dada sedalam kira-kira 5 cm sebanyak 30 kali dengan kecepatan satu hingga dua tekanan per detik. Tips untuk menekan secara optimal adalah kita mengandalkan kekuatan lengan agar tekanan yang dihasilkan lebih kuat. Kemudian kita cek apakah sudah ada tanda-tanda dia bernapas atau bergerak. Jika belum kita dapat mengulangi kembali hingga tenaga medis datang.

Apabila kita sudah pernah mengetahui langkah selanjutnya selain kompresi dada, maka kita bisa melanjutkan langkah selanjutnya yaitu membuka saluran pernapasan dan memberikan napas buatan mulut ke mulut. Membuka saluran pernapasan dengan cara mendongakkan kepalanya, lalu letakkan tangan di dahinya, kemudian angkat dagunya secara lembut untuk membuka saluran pernapasan.  Kita dapat memeriksa apakah korban sudah bisa bernapas normal atau belum dengan melihat gerakan pada dadanya serta mendekatkan telinga dan pipi ke hidung dan mulutnya. Apabila korban belum bernapas secara normal, maka kita akan melakukan pemberian napas buatan dari mulut ke mulut. Masih dengan posisi kepala mendongak kita memberikan napas buatan dengan cara menjepit hidungnya, lalu tempatkan mulut kita ke mulut korban. Berikan napas atau udara dari mulut kita. Sedetik kemudian lihat apakah bagian dadanya sudah seperti orang bernapas atau belum. Jika belum, berikan napas buatan kedua dengan cara yang sama. Jika korban tidak juga bernapas dalam lima siklus, maka kita dapat melakukan CPR hingga ada gerakan tubuh dan datangnya tenaga medis. Apabila korban sudah menunjukkan tanda-tanda bernapas dengan normal maka segera lakukan tahap recovery position, dimana kita memiringkan badan korban ke arah kanan dengan posisi tangan kiri di dekat telinga kanan dan kaki kiri dihadapkan menghadap kanan. Hal ini bertujuan untuk mencegah aspirasi atau masuknya cairan lambung ke paru-paru yang dapat menyebabkan kematian.

Tentunya selain teori, di workshop kita juga berkesempatan melakukan langsung CPR dengan bantuan alat bantu. Peserta workshop dibagi menjadi beberapa kelompok dan didampingi oleh satu orang fasilitator dalam hal ini semua fasilitator adalah dokter. Secara bergiliran peserta mencoba melakukan tahap demi tahap.  Hampir semua tahap dapat diperagakan oleh peserta dengan baik, tetapi pada tahap memberikan napas dari mulut ke mulut dibutuhkan teknik yang tepat karena sebagian besar peserta masih belum bisa langsung memberikan napas buatan dengan benar. Nah, sebagai orang awam kita pasti takut untuk melakukan pertolongan pertama yang bersifat medis kepada orang lain. Akan tetapi, jika kita sudah pernah setidaknya mengetahui mengenai CPR maka sebaiknya kita mencobanya daripada tidak melakukan apa-apa. Hal ini karena langkah berani kita untuk memberikan CPR bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Oleh karena itu, workshop ini sangat bermanfaat bagi para peserta sehingga setiap orang mampu untuk menyelamatkan hidup orang lain.